RRINEWSS.COM– Rumah Sakit terbesar di Jalur Gaza, Al Shifa, menjadi sorotan usai pasukan Israel menangkap para dokter dan direktur fasilitas medis ini Mohammad Abu Salmiya.
Israel menangkap Salmiya dan petugas medis lain di Rumah Sakit Al Shifa.
Sebelum penangkapan ini, Israel mengepung dan menyerang fasilitas kesehatan tersebut pada pekan lalu. Mereka menuding RS itu menjadi markas Hamas.
Apakah penangkapan serupa akan berlangsung di Rumah Sakit Indonesia di Gaza?
RS Indonesia terancam mengalami insiden serupa, seperti yang terjadi di RS Al Shifa. Dokter dan direktur bisa saja ditangkap pasukan Israel.
Untuk menghindari kemungkinan penangkapan itu, Kementerian Kesehatan Gaza memutuskan untuk berhenti berkomunikasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Juru Bicara Kemenkes Gaza Ashraf Al Qudra mengatakan kementerian telah memutuskan untuk menghentikan koordinasi dengan WHO dalam mengevakuasi orang-orang yang terluka dan staf medis.
“Israel dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertanggung jawab atas penangkapan personel medis,” kata Al Qudra dalam laporan Al Jazeera.
Sejak awal pekan ini, pasukan Israel mengepung dan menyerang RS Indonesia, namun belum melakukan penyerbuan. Rumah sakit sementara itu dalam kondisi kritis karena tak ada bahan bakar dan kekurangan perlengkapan medis.
Cara Israel menggempur dan mengepung RS Indonesia disebut sama dengan cara pasukan IDF itu menggempur dan mengepung RS Al Shifa.
Bahan bakar itu berguna untuk menghidupkan generator sehingga rumah sakit tetap beroperasi.
Namun, sejak Israel melancarkan agresi, mereka melarang bahan bakar masuk ke Gaza.
Baru-baru ini, Israel juga mengultimatum rumah sakit untuk dikosongkan. Mereka meminta warga yang berada di sana dievakuasi dalam waktu 24 jam.
Menurut laporan Al Jazeera, sebanyak 200 orang termasuk pasien masih terjebak di rumah sakit itu. Sebanyak 450 pasien disebut telah dievakuasi dari fasilitas medis ini.
Israel melancarkan agresi mereka di Palestina sejak 7 Oktober.
Sepanjang operasi, mereka menyerang warga dan objek sipil seperti sekolah, kamp pengungsi, hingga rumah sakit.
Imbas gempuran Israel, lebih dari 14.000 warga di Palestina meninggal, mayoritas anak-anak dan perempuan.*** (isa/CNNI/bac)