Hacker Bobol Agensi Pemerintah 10 Juta Data Terancam Bocor

JAKARTA RRINEWSS.COMPole emploi, lembaga pendaftaran pengangguran dan bantuan keuangan pemerintah Prancis telah menjadi korban peretasan berujung data milik 10 juta orang terancam bocor di internet.

“Pole emploi mengetahui adanya pelanggaran sistem informasi berakibat kebocoran data pribadi pencari kerja salah satu penyedianya,” sebagaimana dikutip dari keterangan resmi via Bleeping Computer, Sabtu (26/8/2023).

“Pencari kerja yang terdaftar pada Februari 2022, dan mantan pengguna pusat kerja berpotensi terkena dampak pencurian data pribadi ini.”

Meskipun badan tersebut tidak merinci jumlah individu yang terkena dampak, Le Parisien melaporkan kebocoran data ini berdampak terhadap 10 juta orang.

Ini didasarkan pada fakta, sekitar 6 juta orang mendaftar di salah satu dari 900 pusat pekerjaan Pole emploi pada Februari 2022.

Sementara itu, ada 4 juta lainnya mendaftar di 12 bulan sebelum serangan terjadi. Namun, data pribadi mereka belum dihapus dari sistem lembaga tersebut.

Adapun data yang bocor meliputi nama lengkap dan nomor jaminan sosial, sedangkan alamat email, nomor telepon, password, dan data perbankan tidak terimbas oleh kebocoran data Pole emploi ini.

Walau dapat yang bocor memiliki fungsi terbatas dalam operasi kejahatan siber, Pole emploi menyarankan para pencari kerja terdaftar untuk berhati-hati dengan komunikasi atau tawaran pekerjaan beberapa hari mendatang.

Pôle emploi mengatakan, semua timnya kini terlibat dalam pengamanan data pencari kerja dan akan terus menerapkan langkah-langkah dan prosedur perlindungan tambahan untuk mencegah kejadian peretasan serupa terulang kembali di masa mendatang.

Sekelompok hacker mengklaim telah menembus jaringan rumah lelang besar dan menawarkan akses kepada siapa pun (anggota grup di forum hacker) yang tertarik dengan membayar USD 120.000 atau sekitar Rp 1,8 miliar.

Peneliti keamanan menemukan iklan tersebut di forum peretas yang dikenal menyediakan pasar untuk pialang akses awal (initial access brokers/IABs) setelah menganalisis sampel dari 72 postingan.

Para peneliti di perusahaan intelijen siber Flare melempar penawaran IABs selama tiga bulan di forum peretas berbahasa Rusia ‘Exploit’ untuk lebih memahami siapa yang mereka targetkan, harga permintaan, dan siapa yang paling aktif.

Dari 1 Mei hingga 27 Juli, broker mengiklankan akses ke lebih dari 100 perusahaan di 18 industri termasuk pertahanan, telekomunikasi, layanan kesehatan, dan layanan keuangan.

Eric Clay, Wakil Presiden Pemasaran di Flare, mengatakan dalam sebuah laporan yang dibagikan ke Bleeping Computer, serangan terhadap perusahaan di AS, Australia, dan perusahaan Inggris adalah yang paling umum–tidak mengherankan mengingat produk domestik bruto (PDB) mereka yang tinggi.

“Organisasi di sektor keuangan dan ritel adalah yang paling diincar, diikuti oleh konstruksi dan manufaktur,” demikian menurut catatan Clay, dikutip dari Bleeping Computer, Jumat (18/8/2023)

Bergantung pada profil perusahaan rumah lelang dan negara, harga yang ditawarkan mulai dari USD 150 dan sebagian besar untuk akses awal melalui VPN atau RDP. Sekitar sepertiga dari daftar itu di bawah USD 1.000.***liputan6

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *