RRINEWSS.COM- JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menyatakan utang luar negeri Indonesia pada kuartal II 2024 sebesar US$ 408,6 miliar (Rp 6.409 triliun) atau naik sebesar 2,7% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 0,2% (yoy) pada kuartal I 2024. Peningkatan tersebut berasal dari utang luar negeri sektor publik maupun swasta.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tercermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 29,9%, serta didominasi utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 85,7% dari total utang luar negeri.
“BI dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan utang luar negeri,” kata Erwin dalam keterangan resmi yang diterima Kamis (15/8/2024) dikutip Investor Daily.
Sementara, utang luar negeri pemerintah pada kuartal II 2024 sebesar US$ 191 miliar, atau mencatat kontraksi pertumbuhan 0,8% (yoy), berlanjut dari kontraksi pada kuartal sebelumnya 0,9% (yoy). Hal tersebut terutama dipengaruhi penyesuaian penempatan dana investor nonresiden pada surat berharga negara (SBN) domestik seiring tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Berdasarkan sektor ekonomi, utang luar negeri pemerintah utamanya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (20,9% dari total utang luar negeri pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,8%), jasa pendidikan (16,8%), konstruksi (13,6%), serta jasa keuangan dan asuransi (9,5%). “Utang luar negeri pemerintah terkendali mengingat hampir seluruh utang luar negeri memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa 99,99%,” terang Erwin.
Sementara itu, pada kuartal II 2024, utang luar negeri swasta sebesar US$ 196,5 miliar, atau tumbuh 0,3% (yoy), setelah mengalami kontraksi pertumbuhan 1,2% (yoy) pada kuartal I 2024. Berdasarkan sektor ekonomi, utang luar negeri swasta terbesar dari industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 79,1% dari utang luar negeri swasta.*** beritasatu