KJRI Dampingi WNI Korban Kapal Tenggelam Tujuan Rupat Diduga Pekerja Migran

RRINEWSS. COMKonsulat Jenderal RI di Johor Bahru, Malaysia, akan mendampingi 11 korban selamat dalam insiden kapal tenggelam di Selat Malaka. Kapal yang berangkat secara ilegal dari Melaka, Malaysia, itu tenggelam saat berlayar menuju Pulau Rupat, Riau, Selasa (15/8/2023).

Lewat pernyataan tertulis, Konsul Jenderal RI Johor Bahru Sigit Suryantoro Widiyanto, Rabu (16/8/2023), menyatakan, total ada 14 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban kapal tenggelam di Selat Malaka. Sebanyak 11 orang diselamatkan feri Indomal Kingdom yang tengah berlayar dari Dumai, Riau, menuju Melaka, Malaysia.

Saat ditemukan, 10 WNI menggunakan rompi pelampung dan 1 WNI mengapung dengan berpegangan pada sebuah tong. Oleh awak kapal feri Indomal Kingdom, 11 korban tersebut dibawa ke Malaysia untuk kemudian dirawat di RS Besar Melaka.

”Enam WNI sudah keluar dari rumah sakit. Kini mereka berada di kepolisian Melaka Tengah untuk menjalani proses hukum sesuai ketentuan perundang-undangan di Malaysia,” kata Sigit.

Korban kapal tenggelam di Selat Malaka meminta pertolongan kepada kapal-kapal yang melintas, Selasa (15/8/2023).

Sigit menyatakan, KJRI Johor Bahru telah berkoordinasi dengan pihak terkait di Malaysia untuk mendapatkan akses kekonsuleran. Selain itu, KJRI juga tengah berkoordinasi dengan aparat di Riau untuk menangani kasus tersebut.

Kepala Polres Dumai Ajun Komisaris Besar Dhovan Oktavianto mengatakan, pihaknya telah meminta keterangan awak feri Indomal Kingdom yang menolong 11 korban selamat. Saat ini tim pencarian dan pertolongan (search and rescue/SAR) gabungan telah bergerak untuk mencari tiga korban yang belum ditemukan.

Adapun Kepala Kantor SAR Pekanbaru Budi Cahyadi menyatakan, delapan petugas Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dikerahkan untuk melakukan pencarian. Mereka diterjunkan ke lokasi menggunakan kapal karet.

Pada Rabu (16/8/2023) ini operasi pencarian telah memasuki hari kedua. Menurut Budi, cuaca di Selat Malaka saat ini cerah berawan dan ombak terbilang tenang. Operasi pencarian diharapkan segera membuahkan hasil.

Kecelakaan pekerja migran

Perairan pantai timur Sumatera, utamanya Selat Malaka dan Selat Singapura, merupakan lokasi rawan kecelakaan perahu pekerja migran. Sejak Desember 2021 terjadi tujuh insiden di kawasan itu. Sedikitnya 44 pekerja migran tewas dan 76 orang hilang.

Pada akhir Maret 2023 Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani mengatakan, ada dugaan sindikat perdagangan orang sengaja mengorbankan salah satu perahu mereka untuk ditenggelamkan agar menarik perhatian aparat. Dengan begitu, mereka dapat meloloskan perahu lain yang membawa lebih banyak pekerja migran tanpa dokumen.

”Kalau indikasi tersebut nantinya terbukti, itu merupakan kejahatan yang sangat biadab,” kata Benny (Kompas, 1/4/2023).

Berdasarkan data BP2MI, jumlah pekerja migran Indonesia di luar negeri sebanyak 4,2 juta orang. Namun, berdasarkan data Bank Dunia, jumlah pekerja migran Indonesia di luar negeri mencapai 9 juta orang.

Menurut Benny, ada 4,4 juta pekerja migran yang tidak tercatat. Mereka kemungkinan besar merupakan korban penempatan ilegal oleh sindikat. Ia juga menyebut ada oknum aparat yang berkongsi dengan mafia perdagangan orang.

Pekerja migran yang berangkat secara nonprosedural akan minim mendapat perlindungan dan rawan mengalami kekerasan. Dalam tiga tahun terakhir, ada sekitar 3.700 pekerja migran yang dipulangkan ke Indonesia dalam keadaan sakit atau luka akibat kekerasan.***kompas