Lagi, Pengungsi Rohingya Mendarat ke Aceh

RRINEWSS.COMSekitar 200 pengungsi Rohingya mendarat di Pantai Desa Blang Raya, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, pada Minggu (10/12) dini hari. Saat ini mereka masih berada di tepi pantai dan belum diizinkan beranjak ke lokasi lain.

Panglima Laot Aceh, Miftach Cut Adek, membenarkan adanya pengungsi Rohingya yang kembali datang ke Pidie. Ini merupakan kapal ke tujuh sejak pertama kali datang pada pertengahan November 2023 lalu.

“Benar. Sekitar 200-an orang kembali mendarat di Blang Raya, Pidie,” kata Miftach.

Sementara itu, pejabat UNHCR Indonesia, Munawaratul Makhya, memastikan ratusan etnis Rohingya itu sudah mendarat di Kabupaten Pidie.

Saat ini pihaknya masih melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Pidie untuk tindak lanjut ke depannya.

“Betul. Sedang kita koordinasikan dengan Pemda,” katanya saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Minggu (10/12).

“Info yang kami terima sama, 200-an dari laporan kepolisian,”

Lokasi penampungan pengungsi Rohingya di Gedung Bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe dan kamp Yayasan Mina Raya Kabupaten Pidie saat ini sudah melebihi kapasitas.

Data UNHCR menyebut, sudah ada 1.200 pengungsi yang tiba di Aceh sejak pertengahan November 2023. Mereka tersebar di Sabang, Pidie dan Lhokseumawe. Jumlah itu belum termasuk 202 pengungsi Rohingya yang baru tiba di Pidie pada Minggu (10/12).

Pengungsi Rohingya yang melakukan perjalanan dari Bangladesh menuju Indonesia, khususnya ke Aceh, disebut harus mengeluarkan biaya. Tak sedikit juga mereka harus menjual barang berharga untuk bisa berlayar meninggalkan Kamp Cox’s Bazar, Bangladesh.

Harga yang ditawarkan oleh para agen perjalanan bervariasi, mulai dari 20.000 – 100.000 taka Bangladesh per orang. Jika dirupiahkan menjadi mulai dari Rp2,8 juta hingga Rp 14 juta.

Namun ada juga agen yang hanya menghitung per satu keluarga. Jika tak memiliki uang, maka agen tak mengizinkan pengungsi Rohingya naik ke kapal kayu. Para pengungsi juga dijanjikan kapal terisi bahan makanan.

“Kami satu keluarga harus bayar 20.000 Taka ke orang-orang Bangladesh untuk menuju ke sini,” kata seorang pengungsi Rohingya di Sabang, Muhammad Idris yang cukup mahir berbahasa Melayu, Jumat (8/12).

“Semua juga harus bayar ke mereka kalau tidak bayar tidak bisa naik (kapal),” lanjutnya.

Sementara itu, sosok tetua di wilayah Kecamatan Suka Karya, Sabang, Abdullah alias Wak Dollah geram terhadap penanganan pengungsi Rohingya yang dilakukan oleh lembaga PBB seperti UNHCR dan IOM. Menurutnya, lembaga tersebut abai hingga hari ini.

“Coba lihat ada tidak orang UNHCR di situ (lokasi pengungsi) atau siapalah yang jaga, coba lihat ada gak?,” kata Wak Dollah, Jumat malam (8/12).

Warga menolak pengungsi Rohingya karena dianggap tak menghargai penduduk lokal dan berperilaku buruk seperti saat pengungsi rohingya pada gelombang pertama dipindahkan ke Lhokseumawe.

Selain itu, pengungsi Rohingya disebut suka buang air besar sembarangan di lokasi penampungan. Namun, kini sudah disediakan 6 unit toilet portable dan dua tangki air.

Presiden Joko Widodo menyatakan akan memberi bantuan ke pengungsi Rohingya. Jokowi mengatakan dirinya menerima laporan gelombang pengungsi Rohingya yang datang ke Indonesia, terutama di Aceh.

“Bantuan sementara ke pengungsi akan diberikan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat lokal,” kata Jokowi, Jumat (8/12). “Terdapat dugaan kuat ada jaringan tindak pidana perdagangan orang dalam arus pengungsian ini.”*** (dra/CNNI/end)