RRINEWSS.COM- Pekanbaru — Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusung Partai Golkar pada Pilkada serentak 2024 di Provinsi Riau bertumbangan. Dominasi Partai Golkar di Riau berakhir.
Di mulai dari Pilkada Provinsi Riau. Partai Golkar mengusung Ketua DPD I Golkar Riau Syamsuar yang juga mantan Gubernur Riau periode 2019-2024. Namun berdasarkan penghitungan cepat (quick count) Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, pasangan ini hanya meraih 25,22 persen suara. Di prediksi Pilkada Gubernur Riau dimenangkan pasangan nomor urut 1 Abdul Wahid-SF Hariyanto dengan perolehan suara 43,98 persen. Sedangkan pasangan nomor urut 2 M Nasir-M Wardan meraih 30,79 persen.
Hasil ini tentu mengejutkan banyak pihak mengingat selain Syamsuar merupakan calon gubernur petahana, Riau selama ini merupakan lumbung suara Partai Golkar. Nyatanya, pada pilkada 2024 Syamsuar berada di urutan terakhir dari tiga pasangan yang berlaga.
Selanjutnya di Pilkada Pekanbaru. Golkar mengusung mantan anggota DPRD Pekanbaru dua periode Ida Yulita Susanti berpasangan dengan kader PDIP Kharisman Risanda. Namun perolehan suara calon nomor urut 3 ini jauh tertinggal dibandingkan pasangan Agung Nugroho-Markarius Anwar dari Demokat dan PKS sebagai peraih suara terbanyak (sekitar 45,92 persen). Prediksi sementara, pasangan Ida-Kharisman berada di peringkat keempat dari lima pasangan calon yang maju. Calon Golkar-PDIP ini bahkan ditikung pasangan Edy Natar-Destrayani Bibra di urutan ketiga.
Beralih ke Kabupaten Kampar. Ketua Golkar Kampar Repol yang maju bersama Rahmad Jevary Juniardo juga kalah saing dari pasangan Ahmad Yuzar-Misharti yang diusung PKB, Nasdem, PDIP, PBB dan Gelora yang meraih sekitar 30,37 persen suara. Sedangkan calon yang diusung Golkar ini diperkirakan hanya mendapat sekitar 26,16 persen suara. Meski diprediksi bakal menjadi pemenang, pada akhirnya tokoh muda Golkar ini hanya berada di peringkat tiga dari empat pasangan calon.
Di Kota Dumai, calon yang diusung Golkar Ferdiansyah-Soeparto tak mampu menyaingi petahana Paisal-Sugiarto. Petahana bahkan diperkirakan bisa menang di atas 75 persen, sedangkan Ferdiansyah-Soeparto hanya sekitar 21 persen.
Petahana di Kabupaten Kepulauan Meranti, Asmar-Muzamil juga diperkirakan memenangkan pilkada di kabupaten termuda di Provinsi Riau itu dengan meraih sekitar 40 persen suara. Asmar yang diusung PKB, Demokrat, NasDem dan Perindo mengalahkan Mahmuzin Taher dan Iskandar Budiman yang diusung Partai Golkar, PKS dan PBB, serta pasangan Basiran-Yulian Norwis (PDIP Gerindra), dan Masrul Kasmi-Fauzi Hasan (PAN, PPP, PSI, dan Gelora).
Tak kalah mirisnya, Kabupaten Kuantan Singingi yang selama ini dikenal sebagai lumbung Partai Golkar kali ini calon yang mereka usung bersama PAN, NasDem dan PKS yaitu Adam-Sutoyo juga diperkirakan kalah karena hanya mendapatkan sekitar 27,51 persen. Petahana, Suhardiman Amby-Muklisin (Gerindra, PKB, Demokrat) meraih suara tertinggi dengan jumlah mencapai 51,65 persen. Sedangkan calon yang diusung PDIP dan PPP yaitu Halim-Sardiyono berada di peringkat ketiga dengan meraih suara 20,83 persen.
Petahana di Kabupaten Pelalawan, Zukri-Husni Thamrin juga menang sekitar 61 persen dari calon yang diusung Golkar, Nasaruddin – Abu Bakar (sekitar 38 persen). Pilkada Pelalawan kali ini hanya diikuti dua pasangan yaitu Bupati petahana Zukri Misran yang merupakan Ketua PDIP Riau menantang wakil bupati yang juga tokoh Golkar Nasaruddin.
Yang cukup mengejutkan adalah Ketua Partai Golkar Kabupaten Rokan Hilir yang juga bupati petahana, Afrizal Sintong yang maju bersama Setiawan, diperkirakan kalah dari pasangan Mistamam-Jhony Charles. Afrizal Sintong diperkirakan hanya meraih sekitar 42 persen sedangkan Bistamam meraih sekitar 57 persen suara.
Sementara pemenang Pilkada Kabupaten Indragiri Hulu diperkirakan diraih oleh Sekretaris DPW PKB Riau Ade Agus Hartanto yang berpasangan dengan Hendrizal. Ade yang diperkirakan meraih sekitar 58 persen itu mengalahkan petahana Rezita Meylani Yopi-Suhardi sekitar 30 persen, dan calon yang diusung Golkar Raja Haryono-Elda Suhanura (11 persen).
Di Pilkada Rokan Hulu calon bupati yang diusung Partai Golkar Murnis-Syamsurizal seperti hanya sebagai pengembira saja. Pasangan ini diperkirakan hanya meraih sekitar 2 persen suara, kalah telak dan berada di peringkat paling bawah dari lima pasangan calon yang berkompetisi. Pilkada Rohul 2024 hanya menjadi pertarungan antara Anton-Syafaruddin Poti yang diusung Gerindra dan PDIP (meraih sekitar 38,59 persen), dengan Kelmi Amri-Asparaini yang diusung Demokrat, PSI, Gelora, dan Perindo (meraih sekitar 37 persen suara). Calon lainnya Indra Gunawan-Abdul Haris meriah12 persen dan Erizal-Rusli 9 persen.
Namun demikian Golkar diperkirakan berjaya di pilkada Kabupaten Indragiri Hilir. Di Negeri Seribu Parit tersebut Golkar mengusung mantan Pj Bupati Herman berpasangan dengan Yuliantini. Pasangan ini diperkirakan meraih 58 persen suara mengalahkan Suhaidi-Syamsuddin (12, 26 persen), Ferryandi-Dani M Nursalam (26,65 persen), dan Mimi Lutfia-Sufian (2,66 persen).
Pertarungan sengit terjadi di Kabupaten Siak. Dua dari tiga pasangan saling klaim kemenangan yakni calon yang diusung Golkar dan NasDem Afni-Syamsurizal dan pasangan Alfedri-Husni Merza. Selisih perolehan suara dua pasangan ini diperkirakan hanya sekitar 200 suara saja.
Banyaknya calon yang diusung Partai Golkar tumbang pada Pilkada 2024 kali ini memperpanjang kekalahan Partai Beringin itu di Riau. Pada pemilu 2024 bulan Februari lalu, dominasi perolehan suara Golkar di Riau disalip PDIP. Jabatan Ketua DPRD Riau yang selalu menjadi langganan Partai Golkar harus rela berpindah ke tangan PDIP.
Sebagai catatan, sebelumnya, pada Pilkada 2020 lalu, Golkar juga hanya menang di dua kabupaten yakni Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi.
Atas kondisi ini membuat Suparman, tokoh senior di Golkar kecewa. Mantan Ketua DPRD Riau itu menuding penyebab kekalahan ada pada Syamsuar yang tak memiliki kemampuan manajerial selaku Ketua DPD I Golkar.
“Syamsuar itu tak mampu memimpin partai Golkar yang begini besar,” kata Suparman kepada CAKAPLAH.com, Kamis (28/11/2024).
Menurut mantan Bupati Rokan Hulu dan Ketua DPRD Riau ini, Syamsuar hanya ‘mengambil’ Golkar untuk kepentingannya sendiri, dan keluarganya saja. Apalagi menurut Suparman, Syamsuar justru meninggalkan orang orang yang selama ini telah membesarkan Golkar di Bumi Lancang Kuning.***