Penyebab Kasus Inses Ibu-Anak di Bukit Tinggi

SUMBAR RRINEWSS.COMBelakangan, heboh kasus inses antara ibu dan anak di Bukittinggi, Sumatera Barat. Menyoroti kasus tersebut, sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP) Erianjoni mengatakan kasus inses ibu dan anak adalah fenomena yang langka.

Ia menyebut ada tiga penyebab yang mungkin memicu terjadinya hubungan inses antara ibu dan anak di Bukittinggi. Penyebabnya terdiri dari kedekatan yang berlebihan, disfungsi peran ayah dalam menjalankan fungsi proteksi, hingga hiperseks.

“Hasrat seksual si ibu bisa saja tergolong hiper seks, sehingga ketidakpuasan oleh si ayah sehingga anak menjadi sasaran untuk pemuas,” jelas Erianjoni dikutip dari detikSumut, Sabtu (24/6/2023).

Dikutip dari Medical News Today, para ahli masih belum memahami penyebab inses. Namun, informasi anekdotal dari terapis menunjukkan bahwa inses emosional sering terjadi, ketika pasangan atau pasangan lain tidak memenuhi kebutuhan emosional orang tua atau pengasuh yang terpengaruh. Ini mungkin disebabkan oleh:

Disfungsi atau kerusakan hubungan, Ketidaksetiaan, Perceraian, Pengabaian, Kehilangan, Kekerasan dalam rumah tangga

Orang tua atau pengasuh dapat beralih ke anak mereka untuk kenyamanan sebagai cara yang tidak pantas untuk mengatasinya. Kondisi kesehatan mental orang tua seperti kecemasan, depresi, gangguan kepribadian, dan gangguan penggunaan zat juga dapat berkontribusi.

Jika orang tua atau pengasuh terkena inses emosional ketika mereka masih muda, mereka mungkin mengulangi pola perilaku yang sama, percaya itu normal.

Erman menceritakan bahwa hubungan terlarang antara ibu dengan anak kandung itu sudah berlangsung lama. Sang anak kini sudah dikarantina.

“Dia sekarang sedang kami karantina. Sedang kami karantina, warga kita,” kata Erman.

“Dia dari SMA sampai usia 28 tahun berhubungan badan dengan ibu kandungnya. Percaya? Dunia sudah tua,” katanya.

Erman mengungkap fakta miris lainnya dengan kejadian tersebut. Pasalnya, peristiwa inses itu justru terjadi saat keluarga sedang utuh.

“Bapaknya ada. Ada bapaknya di rumah. Satu rumah. Coba bayangin, dunia sudah tua,” katanya lagi.

Erman lantas menggarisbawahi pentingnya menjaga dan melindungi anak-anak dari potensi eksploitasi dan kekerasan seksual yang merusak masa depan mereka.

“Dalam upaya mencegah kasus serupa terjadi di masa mendatang, Pemerintah Kota Bukittinggi berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu pernikahan anak di bawah umur serta menguatkan upaya perlindungan anak,” jelas dia. ***(sao/dtc/vyp)