DUMAI RRINEWSS.COM – Terungkap fakta baru kasus tewasnya Kartini (41), IRT di Dumai, Riau yang dibunuh suami sendiri bersama 2 anaknya. Ternyata pelaku Sutrisno selama ini jadi buronan petani di Grobogan, Jawa Tengah.
Cerita itu terungkap dari petani bernama Umar. Petani asal Desa Latak, Grobogan tersebut bercerita tentang asal usul Sutrisno dan istrinya yang dikenal sebagai orang kaya di desanya.
“Sutrisno ini asli warga Grobogan. Tapi dia jarang di sini, banyak merantau ke Jakarta dan menikah di luar desa kami,” ujar Umar kepada detikSumut, Senin (1/9/2023).
Nama Sutrisno melambung setelah menikah dengan Kartini. Kartini awalnya ternyata seorang tenaga kerja wanita atau TKW yang bekerja di Shanghai dan bergaji puluhan juta per bulannya.
“Setelah menikah mereka jadi TKW. Kartini itu hebat, bisa kirimkan uang ke keluarga puluhan juta setiap bulan. Terus suami ikut nyusul ke Shanghai,” katanya.
Setelah pulang, keluarga tersebut membeli rumah, mobil dan hidup mewah. Bahkan di desa, Sutrisno dikenal punya banyak relasi, jaringan dan modal besar.
Setelah membeli aset, Sutrisno mengajak petani setempat menanam ketan Pandawa. Sutrisno memastikan harga ketan Pandawa lebih mahal dari padi biasa.
“Mereka beli mobil baru, rumah baru, dan aset-aset. Karena uang banyak, relasi banyak dan mengenalkan ketan Pandawa dari Subang, Jawa Barat. Petani Latak juga diundang,” katanya.
Singkat cerita, petani mulai beralih tanam ketan Pandawa. Pada musim panen awal, petani mendapat keuntungan dari hasil pertanian yang melimpah dan berhasil.
Sukses, petani kembali menanam tanaman serupa. Namun pada panen ketiga petani gagal karena banyak tanaman ketan terkena hama.
Pada musim ketiga, petani mencoba cari peruntungan lagi dan meminjam modal kepada bank dan dibayar saat memasuki musim panen. Panen ketiga pun berhasil dan seluruh hasil panen diambil Sutrisno.
“Musim pertama lancar panen, musim kedua ini gagal panen karena hama. Musim ketiga hasil baik, kita panen, pas dipanen uang tidak langsung dikasihkan oleh Sutrisno,” katanya.
Seminggu, dua minggu petani menunggu. Namun tiba-tiba Sutrisno meninggalkan kampung dengan membawa keluarganya. Kecuali istrinya Kartini yang tetap tinggal dan bertahan di rumah mereka yang baru saja dibeli.
“Karena tetangga kita semua percaya, tapi ternyata dia pergi bawa keluarganya dan pergi dari Desa Latak. Ditinggal Kartini aja, Kartini kalau ditanya selalu bilang enggak tahu,” katanya.
“Kartini bilang ‘Tenang lah mas, nanti saya bayar. Saya mau ke Amerika Serikat untuk bayar karena gaji di sana Rp 40-50 jutaan”. jelas Umar.
Berbulan-bulan mencari, warga akhirnya memutuskan melaporkan Sutrisno ke Polres Grobogan pada 3 April 2023 lalu. Dalam laporan, warga dan petani Latak mengaku telah ditipu dengan total uang yang dibawa kabur sekitar Rp 500 jutaan.
“Makanya begitu ada kejadian berita kalau Kartini dibunuh di Dumai itu warga kaget. Sejak saat itulah ditemukan benang kusut tersebut. Ternyata kami ditipu. Kami dapat kabar dibunuh kaget dan campur jengkel juga lah ya. Kaget kabar dibunuh, jengkel karena ternyata selama ini kami ditipu,” kata Umar.
Saat ini, Umar bersama para petani Latak berharap polisi mengusut tuntas kasus itu. Sebab, banyak petani memburu Sutrisno pasca uang petani dibawa kabur ratusan juta.
Sementara Kapolres Dumai AKBP Dhovan Oktavianton mengaku belum ada laporan soal dugaan kasus penipuan oleh Sutrisno. Termasuk dari Polres Grobogan.
“Dari Polres Grobogan belum hubungi kami. Kalau TKP-nya di Grobogan berarti mereka yang sidik karena locus delicti-nya di sana. Kami fokus di kasus pembunuhan saat ini,” kata Dhovan. (ras/dtc/nkm)